Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS Ali Imran: 14).
Masalahnya adalah sudah pantaskah kita mendapatkan banyak limpahan rezeki dari Allah Swt.? Apakah dengan banyaknya rezeki membuat kita semakin mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemberi Rezeki?
Sesungguhnya rezeki itu adalah amanah yang harus kita tunaikan. Pada setiap rezeki yang kita peroleh terdapat hak orang lain yang harus kita sampaikan kepada yang berhak. Rasulullah Saw bersabda: “Amanah bisa menarik rezeki (mendatangkan) pada rezeki sedangkan khianat dapat menarik (mendatangkan) kemelaratan” (HR.Dailami)
dan juga Firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisâ 4: 58).
Marilah kita cermati beberapa firman Allah Swt berikut ini. Kemudian renungkanlah apakah kita sudah pantas dan layak mendapatkan limpahan rezeki dari Sang Maha Pemberi Rezeki?
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan Melipatgandakan Pembayaran kepadanya dengan Lipat Ganda yang banyak. Dan Allah Menyempitkan dan Melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (QS.2:Al-Baqarah.245).
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat-gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (QS. At-Taghabun 64: 17).
“Dan kamu tidak membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridloan Allah.
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).”
(QS. Al-Baqarah 2: 272 ).
Sesungguhnya titipan rezeki yang banyak merupakan ujian bagi kita. Apabila kita amanah di jalan Allah Swt. dengan Rezeki yang dititipkan-Nya, maka kita berpeluang untuk mendapatkan titipan (rezeki) yang lebih banyak lagi.
Sebaliknya, apabila kita menyia-nyiakan titipan (rezeki) itu untuk hal yang kurang manfaat apalagi untuk melanggar larangan-Nya maka kita termasuk orang yang tidak pantas pula untuk diberikan titipan (rezeki) yang lebih banyak lagi dari Allah.
Apabila ingin rezeki terus bertambah dan mendapatkan titipan rezeki yang melimpah dan berkah, gambaran mudahnya bila ibarat amanah itu sebagai barang yang dititipkan orang lain kepada kita, maka layakkan diri untuk bisa disebut orang yang layak dititipi karena yang menilai layak atau tidak itu bukan hanya diri sendiri tapi juga orang lain.
Sekali lagi, renungkanlah apakah kita sudah pantas dan layak mendapatkan limpahan rezeki yang banyak dari Allah Sang Pemberi Rezeki? Jangan-jangan Anda akan menjadi Qorun zaman modern bila mendapat banyak limpahan rezeki?
Ingatlah ketika Qorun yang kaya raya memamerkan kekayaannya dan merasa bahwa kekayaannya itu adalah hasil pengetahuan dan jerih payahnya, dan setelah enggan berkali-kali mendengar nasihat, terjadilah bencana longsor sehingga seperti bunyi firman Allah Swt.:
"Maka Kami benamkan dia dan hartanya ke dalam bumi"(QS Al-Qashash [28]: 81).
Dan berkatalah orang-orang yang kemarin mendambakan kedudukan Qarun,
"Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba - hamba-Nya dan mempersempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan karuniaNya atas kita, niscaya kita pun dibenamkannya. Aduhai benarlah tidak beruntung orang-orang yang kikir (QS Al-Qashash [28]: 82).
Mulai sekarang, marilah kita tanamkan niat dalam hati kita masing-masing untuk membelanjakan rezeki di jalan Allah seperti zakat, infak, dan sedekah. Seberapa pun rezeki yang kita dapatkan selalu ada hak orang lain atas rezeki yang kita peroleh.
Yakinlah! Rezeki yang kita sedekahkan tidak akan mengurangi harta kita. Justru ia akan bertambah, bertambah, dan bertambah sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah. Walaupun sulit dinalar dengan logika, begitulah sunnatullah yang berlaku. Matematika Allah lebih dahsyat daripada matematika manusia.
0 comments:
Post a Comment