Makna Sholat Dhuha, Fadhilah Sholat Dhuha, Keutamaan Sholat Dhuha, Hikmah Sholat Dhuha, Waktu Sholat Dhuha, Jumlah Rakaat Dhuha, Tata Cara Sholat Dhuha, Doa Sholat Dhuha

Memahami Hakikat Rezeki


sholat-dhuha.info Jakarta-"Alhamdulillah, baru saja dapat rezeki. Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar kalimat ini? Mungkin sebagian dari Anda berpikir bahwa yang dimaksud dengan rezeki pada kalimat pembuka di atas adalah uang atau harta.

Ya, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut adalah rezeki duniawi, lebih khusus lagi adalah rezeki berupa uang atau harta. Padahal kalau kita mau mencermati, sebenarnya rezeki berupa uang atau harta hanyalah sebagian saja dari rezeki yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. 

Namun, sifat kebanyakan manusia yang jauh dari rasa syukur dan lebih berorientasi dengan gemerlap dunia yang fana, terkadang hanya membatasi rezeki dengan harta duniawi semata. Padahal sesungguhnya Allah Swt telah banyak memberi rezeki kepada manusia dengan bentuk yang beragam. Lalu apa sebenarnya hakikat rezeki itu?

An-Naisaburi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa, secara etimologi rezeki adalah sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Ini mencakup segala hal, baik yang halal maupun yang haram, yang bisa dimakan maupun tidak, milik sendiri atau pun bukan.

Dari pengertian ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa rezeki itu sifatnya umum. Rezeki itu tidak tercakup hanya pada materi saja, tetapi apapun itu yang penting bisa bermanfaat untuk kehidupan manusia.

Rezeki Umum dan Khusus
Agar kita tidak salah dalam memahami hakikat rezeki, ada baiknya kita mengenal dua jenis rezeki: rezeki umum dan khusus. Rezeki yang bersifat umum adalah segala sesuatu yang memberikan manfaat bagi badan/fisik,  berupa harta, rumah, kendaraan,  kesehatan, dan selainnya, baik berasal dari yang halal maupun haram. Rezeki jenis ini Allah berikan kepada seluruh makhluk-Nya, baik orang muslim maupun orang kafir.
 
Banyaknya pemberian jenis rezeki yang pertama ini tidak menunjukkan kemuliaan seseorang di sisi Allah. Begitu pula sebaliknya, sedikitnya rezeki dunia yang Allah berikan kepada seseorang tidak menunjukkan kehinaan orang tersebut. Allah Swt. berfirman:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” (QS. Al Fajr :15-16).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala berfirman mengingkari keyakinan (sebagian) manusia. (Maksud ayat ini) bahwasanya jika Allah meluaskan rezeki mereka tujuannya adalah untuk menguji mereka dengan rezeki tersebut. Sebagian orang meyakini bahwa rezeki dari Allah merupakan bentuk pemuliaan terhadap mereka. Namun yang benar bukanlah demikian, bahkan rezeki tersebut merupakan ujian dan cobaan untuk mereka sebagaimana firman Allah:
 
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56).

Demikian pula sebaliknya. Jika Allah memeberinya cobaan dan mengujinya dengan menyempitkan rezekinya, sebagian orang menyangka Allah sedang menghinakannya. Maka Allah katakan : { كَلا } (sekali-kali tidak). 

Yang dimaksud bukanlah seperti persangkaan mereka. Allah memberikan harta kepada orang yang Allah cintai dan kepada orang yang tidak Allah cintai. Allah juga menyempitkan harta terhadap orang yang Allah cintai maupunn orang yang tidak dicintai-Nya. 

Sesungguhnya semuanya bersumber pada ketaatan kepada Allah pada dua kondisi tersebut (baik ketika mendapat rezeki yang luas maupun rezeki yang sempit). Jika seseorang  kaya (mendapat banyak rezeki harta) dia bersyukur kepada Allah dengan pemberian tersebut, dan jika miskin (sempit rezeki) dia bersabar.” (Tafsiru al Quran al ‘Adzim, Imam Ibnu Katsir rahimahullah).

Banyak atau sedikitnya rezeki duniawi adalah ujian semata, bukan standar kecintaan Allah terhadap hamba-Nya. Rezeki harta sebagai ujian Allah atas hamba-Nya, untuk mengetahui siapakah di antara hamba-Nya yang bersyukur dan bersabar.

Setelah kita memahami rezeki yang bersifat umum, selanjutnya kita perlu juga memahami rezeki yang bersifat khusus. Rezeki yang bersifat khusus adalah sesuatu yang membuat tegak agama seseorang. 

Rezeki jenis ini berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih serta semua rezeki halal yang membantu seseorang untuk taat kepada Allah. Inilah rezeki yang Allah berikan khusus kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Inilah rezeki yang hakiki, yang menghantarkan seseorang akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rezeki jenis ini Allah khususkan bagi orang-orang mukmin. Allah menyempurnakan keutamaan bagi mereka, dan Allah anugerahkan bagi mereka surga di hari akhir kelak.  Allah Ta’ala berfirman:

Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya “ (QS. Ath Thalaq:11).

Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya. “ (QS. Shaad: 49-54).

Rezeki yang bersifat hakiki inilah yang seharusya kita cari. Rezeki abadi yang kekal dan tidak pernah ada habisnya. Bila kita mengejar rezeki yang berorientasi akhirat, kita juga pasti akan mendapatkan rezeki dunia. Ini adalah sesuatu yang pasti sesuai dengan janji-Nya:

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat” (QS. Asy-Asyura 42:20).

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan” (QS. Huud 11: 15).


Rezeki Yang Banyak dan Rezeki Yang Luas
Rezeki yang banyak maksudnya adalah rezeki yang Allah berikan kepada setiap makhluknya sangat banyak. Masing-masing makhluk Allah mendapat jatah rezeki yang banyak.  Kita sebagai manusia mendapat rezeki berupa nikmat yang sangat banyak. Nikmat sehat, anggota tubuh yang sempurna, tempat tinggal, keluarga, harta, dan masih banyak nikmat-nikmat yang lainnya. Itu semua merupakan rezeki dari Allah  yang sangat banyak dan tak terhingga. Allah Ta’ala berfirman:

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim:34).

Rezeki yang luas adalah rezeki yang Allah berikan meliputi seluruh makhluk-Nya sesuai dengan kondisinya masing-masing. Masing-masing setiap makhluk mendapat rezeki yang banyak dari Allah. Manusia, jin, seluruh binatang dan tumbuhan, serta semua yang ada di langit dan di bumi mendapat rezeki dari Allah. Seluruh makhluk tersebut dipenuhi rezekinya oleh Allah semata. Ini menunjukkan luasnya rezeki yang Allah berikan pada makhluk-Nya. Allah berfirman:

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6).

Sumber: muslim.or.id
Tags: makna rezeki, hakikat rezeki, rezeki uang, rezeki harta, rezeki melimpah, limpahan rezeki, rezeki luas, rezeki sempit, pemberi rezeki, Maha Pemberi Rezeki, percepatan rezeki, arti quantum rezeki, pengertian quantum rezeki, Quantum Rezeki.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Memahami Hakikat Rezeki

0 comments:

Post a Comment

Mutiara Hikmah

"Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus disedekahkan untuk setiap ruas itu." Para shahabat bertanya, "Siapa yang kuat melaksanakan itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab, "Dahak yang di masjid itu lalu ditutupinya dengan tanah, atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah. Atau, sekiranya tidak dapat melakukan itu, cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha." (HR. Ahmad dan Abu Daud)