Absen karyawan dengan finger print, id card atau scan wajah adalah hal yang sudah biasa kita temui. Lalu bagaimana jadinya bila sholat dhuha dijadikan absen karyawan? Mungkin pengalaman sukses Mas Mono dalam menjadikan sholat dhuha sebagai absen karyawan ini patut menjadi contoh buat kita semua.
Mengelola karyawan dalam jumlah besar dengan berbagai latar belakang, tentu tidak mudah. Mereka punya karakter yang satu sama lain pasti berbeda. Mereka juga punya keinginan yang satu sama lain pasti tidak sama. Jika tidak dikelola dengan baik, mereka menjadi sangat rawan untuk berkonflik dan bakal sangat mengganggu proses kerja.
Ad: Main Facebook dan Twitter Dapat Uang, Pulsa, Sekaligus Sedekah. Caranya..? Silahkan KLIK DI SINI
Kalau begini kejadiannya, suasana kerja menjadi sangat tidak sehat. Konflik yang semakin parah malah bisa mengancam kelangsungan bisnis. Banyak sekali contoh yang menggambarkan matinya sebuah usaha gara-gara konflik yang terjadi antarkaryawan. Karena itulah, keselarasan atau harmonisasi interaksi antarkaryawan dalam sebuah lembaga usaha memainkan peran yang sangat penting.
Tapi, keselarasan interaksi saja tidaklah cukup untuk menjadikan usaha menjadi lebih maju. Para karyawan juga perlu dibangkitkan motivasinya untuk terus semangat bekerja. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, upaya mendorong motivasi kerja para karyawan kerap menjadi tantangan tersendiri. Tidak sedikit pengusaha menemui kegagalan dalam meningkatkan motivasi kerja para pegawainya.
Agus Pramono, pemilik merek Ayam Bakar Mas Mono punya cara tersendiri untuk membentuk para karakter para pegawainya. Pendekatan spiritual menjadi andalan dalam menjalankan program pembentukan karakter tersebut. Program ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem manajemen jaringan Ayam Bakar Mas Mono.
Dengan sekitar 600 karyawan, Mas Mono tidak perlu program yang terlalu rumit untuk mendorong motivasi para karyawan yang mendukung bisnisnya. Dia cukup menjadikan shalat Dhuha sebagai alat untuk mengabsen para pegawainya. “Mereka yang tidak shalat Dhuha, tidak dihitung bekerja,” tutur dia kepada Republika.
Dia tidak perlu membuat sistem absen secanggih finger print untuk mengukur kinerja para pegawainya. Mas Mono juga tidak memerlukan alat bantu semacam balance score card untuk menjadikan para karyawannya bersemangat untuk mempersembahkan kinerja terbaik. Shalat Dhuha sudah cukup bagi dia sebagai pengukurnya.
Absen seperti ini tidak hanya memberi nilai postif bagi perusahaan, tetapi juga bagi karyawan yang bersangkutan. Pembiasaan untuk menjalankan shalat Dhuha menjadikan para karyawan memiliki disiplin tinggi saat bekerja. Mereka juga mendapatkan ketenangan kerja spirit kuat dengan rutin menjalankan ibadah tersebut.
Sejauh ini, absen melalui shalat Dhuha ini terasa efektif untuk membangkitkan motivasi kerja dan membentuk karakter positif para karyawan Ayam Bakar Mas Mono. Tidak semua karyawannya berasal dari latar belakang yang baik. “Mereka ada yang dulunya tukang copet, ada juga yang jadi perampok taksi,” ujar Mas Mono. Sebagian lainnya memang berlatar belakang 'orang baik-baik'.
Bukanlah usaha mudah untuk membuat mereka yang mulanya residivis menjadi insaf dan mau bekerja. Perlu dorongan yang sangat kuat untuk menjadikan mereka mentransformasi diri dari 'dunia gelap' ke dunia yang 'terang'. Setelah mereka mau insaf, tahap berikutnya adalah menjadikan batin mereka terisi dengan keimanan dan ketakwaan.
Shalat Dhuha memang menjadi alat utama bagi Mas Mono untuk membekali para karyawannya dalam bekerja. Tapi, ini bukan satu-satunya. Mas Mono punya sederet alat bantu lainnya untuk menjadikan karyawan terus semangat bekerja. Kesemua alat itu bekerja secara terintegrasi sehingga hasilnya bisa terlihat dari pertumbuhan bisnis Ayam Bakar Mas Mono yang makin berkibar.
Dengan 'mewajibkan' shalat Dhuha, tidak kemudian shalat wajibnya menjadi sunah. Justru sebaliknya, kewajiban shalat Dhuha itu malah menjadikan shalat wajib menjadi 'superwajib'. Sanksi bagi mereka yang meninggalkan shalat wajib adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Tapi, pengalaman menunjukkan, dengan makin semangat untuk shalat Dhuha, para pegawai juga terdongkrak semangatnya dalam menunaikan shalat wajib lima waktu. Termasuk shalat wajib yang juga terlarang untuk ditinggalkan oleh karyawannya adalah shalat Jumat.
Lalu, apa lagi selain shalat wajib dan shalat Dhuha? Mas Mono juga keras melarang pegawainya merokok, baik di tempat kerja maupun di luar tempat kerja. Dia termasuk pihak yang percaya bahwa rokok lebih banyak memberi mudarat ketimbang manfaat. Dia mendorong agar para pegawainya menyisihkan uang yang selama ini dipakai membeli rokok untuk disedekahkan.
Dia sendiri, secara pribadi juga memberi teladan kepada para karyawannya soal sedekah. Sebagian pendapatan dari bisnisnya memang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan sosial. Dia termasuk salah satu donatur untuk program menghapal Alquran bagi tunanetra. Hal ini menjadi contoh bagi para karyawannya untuk tidak ragu memberikan sedekah.
Satu lagi hal yang juga menjadi kewajiban bagi para karyawan adalah mengikuti program-program pembekalan spiritual company, seperti pengajian atau seminar. Program ini dirasa penting untuk terus menyadarkan para karyawan agar menyandarkan pekerjaannya pada semangat Ilahiah.
Sejauh ini, program-program spiritual yang ditempuh untuk mendorong motivasi karyawan dalam bekerja, telah mendukung pengembangan usaha Ayam Bakar Mas Mono secara signifikan. Para karyawan menjadi terdidik untuk senantiasa tulus melayani para konsumen dengan penuh penjiwaan. Ini menjadi modal penting bagi tumbuhnya bisnis tersebut. Sumber Koran Republika.
Ad: Main Facebook dan Twitter Dapat Uang, Pulsa, Sekaligus Sedekah. Caranya..? Silahkan KLIK DI SINI
Tags: sholat dhuha, shalat dhuha, karyawan, bisnis, usaha, mas mono, sukses, ayam bakar, spiritual bisnis, spiritual company, karyawan, phk, kerja, gaji, sedekah, uang, pegawai, pengusaha, ayam bakar mas mono.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mutiara Hikmah
"Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus disedekahkan untuk setiap ruas itu." Para shahabat bertanya, "Siapa yang kuat melaksanakan itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab, "Dahak yang di masjid itu lalu ditutupinya dengan tanah, atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah. Atau, sekiranya tidak dapat melakukan itu, cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha." (HR. Ahmad dan Abu Daud)
0 comments:
Post a Comment